I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem saraf
pusat pada tubuh berfungsi sebagai puasat utama dalam mengatur dan
mengendalikan tubuh. Pengaturan dan pegendalian tersebut melalui sistem
informasi dalam bentuk muatan listrik, penyampai informasi tersebut dilakukan
oleh sistem saraf tepi. Sistem sarf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang ( Medulla Spinalis ).
Pada otak dan
sumsum tulang belakang diselaputi oleh membran, disebut meningens. Meningens
terdiri dari 3 lapisan, yaitu dari arah luar ke dalam, masing-masing yaitu
durameter yakni selaput luar yang kuat
terdiri dari jaringan ikat fibrosa, arachnoid yaitu lapisan tengah terdiri dari jaringan ikat yang halus, dan piameter yaitu lapisan yang paling
dalam dan sangat tipis terdiri dari jaringan fibrosa transparan.
Tubuh manusia
terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing
mempunyai fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan
baik, diperlukan adanya koordinasi. Pada manusia dan sebagian besar hewan,
koordinasi dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon. Semua gerak pada manusia berada di
bawah kendali saraf, karena ada 2 jenis saraf yaitu sensorik dan motorik. Maka
gerakpun ada yang dapat dikendalikan oleh kesadaran kita dan juga berada diluar
kesadaran kita. Olehnya itu pada prktikum ini akan dilakukan pengamatan
terhadap manusia untuk mengetahui berbagai jenis gerak refleks yang ada pada
manusia baik secara sadar maupun gerak refleks diluar kesadaran manusia.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana refleks yang terjadi pada manusia dan
refleks apa sajakah yang terdapat pada gerak refleks manusia?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada
praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai jenis refleks pada manusia.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat
pada praktikum ini adalah dapat mengetahui berbagai jenis refleks pada manusia
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tubuh manusia terdiri
atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai fungsi
tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik, diperlukan
adanya koordinasi. Pada manusia dan sebagian besar hewan, koordinasi dilakukan
oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormone. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas
memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan
menanggapi rangsangan. Sistem saraf mempunyai tiga
fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk rangsangan atau stimulus;
memproses informasi yang diterima; serta memberi tanggapan (respon) terhadap
rangsangan (Winda, 2011).
Unit terkecil penyusun
sistem saraf adalah sel saraf disebut neuron. Setiap satu sel saraf
(neuron) terdiri atas bagian utama yang berupa badan sel saraf, dendrit,
dan akson. Badan sel saraf adalah bagian
sel saraf yang paling besar, di dalamnya terdapat nukleus
dan sitoplasma, di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang
berfungsi membangkitkan energi untuk membawa rangsangan. Pertemuan antara serabut saraf dari sel saraf yang satu
dengan serabut saraf dari sel saraf yang lain disebut sinapsis. Pada
setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Sinapsis juga
sebagai penghubung antara ujung akson salah satu sel saraf dengan
ujung dendrite sel saraf yang lain. Pada bagian ujung akson terdapat
kantong yang disebut bulbus akson (Goenarso, 2005).
Menurut fungsinya, neuron dibedakan
menjadi tiga macam yaitu neuron sensorik, neuron motorik, dan
neuron asosiasi. Neuron sensorik juga disebut sel saraf indra, karena
berfungsi meneruskan rangsang dari peneri-ma (indra) ke saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Badan sel saraf ini bergerombol membentuk ganglia, akson
pendek, dan dendritnya panjang. Neuron motorik (sel
saraf penggerak) berfungsi membawa impuls dari pusat saraf (otak) dan sumsum
tulang belakang ke otot. Sel saraf ini mempunyai dendrit yang pendek dan
akson yang panjang. Neuron asosiasi atau sel saraf penghubung
banyak terdapat di dalam otak dan sumsum tulang belakang. Neuron tersebut
berfungsi menghubungkan atau meneruskan impuls dari sel saraf sensorik ke sel
saraf motorik (Esa, 2008).
Sistem saraf manusia
bagaikan jaringan telepon yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Impuls yang
merambat melalui saraf sampai ke pusat susunan saraf sebagai pengontrol akan
mengoordinasikan kegiatan tubuh.Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum
tulang belakang. Otak merupakan pusat
koordinasi dalam tubuh manusia. Bagian-bagian otak meliputi otak besar (cerebrum),
otak kecil (cerebelum), otak tengah (mesensefalon), dan
sumsum lanjutan (medulla oblongata) (Cartono, 2004).
Suatu gerakan terjadi
biasanya diawali dengan adanya rangsangan. Gerakan yang terjadi ada yang kita
sadari sebelumnya dan ada yang kita sadari setelah terjadinya gerakan.
Berdasarkan hal tersebut, gerak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gerak biasa
dan gerak refleks (Nurdiani, 2009).
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 20 April 2012, pukul 07.30 WITA sampai dengan selesai dan bertempat di Laboratorium Lanjut Biologi FMIPA Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan
pada praktikum Refleks Manusia.
No
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Pemukul kayu karet
|
Untuk memukul bagian organ tubuh.
|
2.
|
Senter
|
Untuk mengetahui kerja refleks
mata.
|
3.
|
Alat tulis
menulis
|
Untuk mencatat data pengamatan.
|
4.
|
Pulpen/ pensil
|
Untuk mengetahui kerja resfleks pupil mata.
|
Bahan yang
digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan
kegunaan pada praktikum Refleks
Manusia.
No
|
Nama Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Probandus/manusia
|
Sebagai objek
pengamatan
|
C. Prosedur Kerja
Prosedur
kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu :
a. Refleks tendon miotatik
1. Pelaku duduk di atas meja dengan kaki terjuntai
bebas. Memukul ligamentum pateralis dengan pemukul pemukul, mengamati yang
terjadi.
2. Mengalihkan perhatian pelaku pada objek tertentu,
kemudian memukul ligamentum pateralisnya. Membandingkan respon dengan perlakuan
pertama.
b. Refleks susperficialis
Refleks kornea : menyentuh kornea dengan ujung
kapas dan mengamati respon yang terjadi.
c. Refleks organik
1. Refleks fato-pupil
- Pelaku menghadap ke sumber cahaya dengan mata
tertutup selama +/- 2 menit.
- Segera setelah mata dibuka, mengamatai yang
terjadi pada ukuran pupil mata setelah beberapa detik.
2. Refleks akomodasi pupil
-
Pelaku
mengamati suatu objek yang jauh +_20 meter pada keadaan cahaya cukup terang,
memeperhatikan pupilnya, kemudian secara tiba-tiba pelaku diminta melihat objek
(misal pensil) dengan jarak dekat +_20 centimeter dari mata dan mengamati
perubahan pupilnya.
3. Refleks konvergensi
- Pelaku diminta melihat objek yang jauh, Mengamati
posisi pupilnya, kemudian pelaku diminta melihat objek yang dekat dan mengamti
pula posisi pupilnya.
4. Refleks menelan
- Menelan ludah kemudian menelan lagi dan menelan
terus dengan cepat. Mengamati perilaku menelan dengan terus menerus, dan
membandingkan dengan menelan air minum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1.
Hasil Pengamatan pada Refleks Tendon.
No.
|
Probandus
|
Refleks tendon
|
Refleks superficialis
|
|
Dengan melihat
|
Tanpa melihat
|
|||
1.
|
Ld. Adi Parman
|
Menghindar
|
Terangkat
|
Berkedip
|
2.
|
Citra ariani
|
Terangkat
|
Bergerak
|
Berkedip
|
3.
|
Titin
|
Tarangkat
|
Bergerak
|
Berkedip
|
Tabel 2. Hasil Pengamatan pada Refleks Organik.
No.
|
Probandus
|
Refleks Organik
|
Refleks Ciliospinal
|
|
Refleks foto-pupil
|
Refleks akomodasi
pupil
|
|||
1.
|
Ld. Adi Parman
|
Membesar lalu mengecil
|
Membesar lalu mengecil
|
Memebesar
|
2.
|
Citra ariani
|
Membesar lalu mengecil
|
Membesar lalu mengecil
|
Membesar
|
3.
|
Titin
|
Membesar
|
Mengecil lalu membesar
|
Membesar
|
Tabel 3. Hasil Pengamatan pada Refleks Konfergensi.
No
|
Probandus
|
Refleks Konfergensi
|
|
Objek jauh
|
Objek dekat
|
||
1.
|
Ld. Adi Parman
|
Membesar
|
Mengecil
|
2.
|
Citra ariani
|
Membesar
|
Mengecil
|
3.
|
Titin
|
Membesar
|
Mengecil
|
Tabel 4. Hasil Pengamatan pada Refleks Menelan.
No
|
Probandus
|
Refleks Menelan
|
|
Ludah
|
Air
|
||
1.
|
Ld. Adi Parman
|
Tersendak
|
Lancar
|
2.
|
Citra ariani
|
Tersendak
|
Lancar
|
3.
|
Titin
|
Tersendak
|
Lancar
|
B. Pembahasan
Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai fungsi
tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik, diperlukan
adanya koordinasi. Pada manusia dan sebagian besar hewan, koordinasi dilakukan
oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon. Dalam bab ini hanya akan
dibahas dua di antaranya, yaitu sistem saraf dan sistem indra. Sistem saraf
sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan makhluk
hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan- perubahan yang terjadi
di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan.
Sistem saraf mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerima informasi
dalam bentuk rangsangan atau stimulus memproses informasi yang diterima; serta memberi
tanggapan (respon) terhadap rangsangan. Unit terkecil penyusun
sistem saraf adalah sel saraf disebut neuron. Setiap satu sel saraf (neuron)
terdiri atas bagian utama yang berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson. Badan sel saraf adalah bagian sel saraf yang paling besar, di dalamnya terdapat
nukleus dan sitoplasma, di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi
membangkitkan energi untuk membawa rangsangan.
Dendrit adalah serabut-serabut yang merupakan tonjolan sitoplasma dan
berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf menuju ke badan sel saraf. Dendrit merupakan
percabangan dari badan sel saraf yang biasanya berjumlah lebih dari satu pada
setiap neuron. Menurut
fungsinya, neuron
dibedakan menjadi tiga macam yaitu neuron sensorik, neuron motorik,
dan neuron asosiasi.
Neuron sensorik juga disebut sel saraf indra, karena berfungsi meneruskan
rangsang dari peneri-ma (indra) ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang). Badan sel saraf ini bergerombol membentuk ganglia, akson pendek,
dan dendritnya
panjang. Neuron motorik
(sel saraf penggerak) berfungsi membawa impuls dari pusat saraf (otak) dan
sumsum tulang belakang ke otot. Sel saraf ini mempunyai dendrit yang
pendek dan akson
yang panjang. Neuron asosiasi atau sel saraf penghubung banyak terdapat
di dalam otak dan sumsum tulang belakang. Neuron tersebut berfungsi menghubungkan
atau meneruskan impuls dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik.
Sistem saraf manusia bagaikan jaringan telepon yang berfungsi sebagai
alat komunikasi. Jika kita menelepon seseorang suaranya akan merambat melalui kabel telepon ke pusat
pengontrol telepon. Suaramu itu
kemudian pindah ke
kabel lain yang menghubungkannya dengan telepon orang yang kita tuju. Cara yang sama itulah impuls merambat
melalui saraf sampai ke pusat susunan saraf sebagai pengontrol akan
mengoordinasikan kegiatan tubuh.
Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh manusia. Otak terdapat
di dalam rongga tengkorak, tepatnya di depan sumsum tulang belakang, dan
diselubungi oleh selaput. Selaput yang menyelubungi otak disebut selaput meninges. Selaput
ini dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu lapisan terluar yang melekat pada
tulang (duramater),
lapisan tengah yang berbentuk sarang laba-laba (arachnoid), dan lapisan dalam yang melekat pada
permukaan otak (piamater).
Antara arachnoid
dan piamater terdapat
ruang berisi cairan yang merupakan pelindung otak, jika terjadi benturan.
Bagian-bagian otak meliputi otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebelum),
otak tengah (mesensefalon), dan sumsum lanjutan (medulla oblongata).
Otak besar manusia mempunyai beberapa bagian dengan fungsi
masing-masing. Otak besar bagian belakang merupakan pusat penglihatan,
sedangkan bagian samping merupakan pusat pendengaran. Bagian tengah otak besar
merupakan pusat pengatur kepekaan kulit dan otot yang berhubungan dengan
rangsang panas, dingin, sentuhan, serta tekanan. Pada bagian tengah dan belakang otak besar terdapat
daerah sebagai pusat perkembangan kecerdasan, sikap, kepribadian, dan ingatan. Fungsi otak
kecil manusia adalah sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan sebagai pusat
koordinasi kerja otot ketika bergerak. Otak kecil terdiri atas dua bagian,
yaitu bagian kiri dan kanan. Kedua bagian tersebut dihubungkan oleh jembatan varol. Jembatan
varol berfungsi untuk menghantarkan impuls otot-otot bagian kanan
dan kiri tubuh. Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Bagian atas otak tengah merupakan
pusat refleks mata dan pusat pendengaran.
Sumsum lanjutan disebut juga sumsum sambung atau batang otak. Sumsum
lanjutan mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai pusat pengatur pernapasan,
denyut jantung, suhu tubuh, serta pusat pelebaran dan penyempitan pembuluh
darah. Sumsum lanjutan atau sumsum penghubung merupakan penghubung antara otak
dengan sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi utama,
yaitu sebagai penghubung impuls yang berasal dari otak serta sebagai pusat
gerak refleks. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) menempati rongga
tulang belakang dan berbentuk memanjang. Selaput pembungkusnya sama seperti
pada otak, terdiri atas duramater, arachnoid, dan piamater.
Sistem saraf simpatik mempunyai simpul saraf atau ganglion di
sepanjang tulang belakang sebelah depan, mulai ruas leher terbawah sampai
dengan tulang ekor. Tiap simpul saraf saling berhubungan, sehingga menjadi dua
deretan, yaitu deretan kiri dan kanan. Tiap simpul dihubungkan oleh sumsum
tulang belakang. Dari tiap simpul terdapat saraf yang menuju ginjal, paru-paru,
jantung, dan organ-organ lainnya. Fungsi saraf simpatik, antara lain
mengerutkan kulit rambut, mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh
darah, dan mempertinggi tekanan darah. Sistem saraf parasimpatik berupa jaring-jaring
yang saling berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Fungsi saraf
parasimpatik berlawanan dengan fungsi saraf simpatik. Fungsi saraf
parasimpatik, antara lain mengembangkan kulit rambut, memperlambat denyut
jantung, mempersempit pembuluh darah, dan menurunkan tekanan darah.
Suatu gerakan terjadi biasanya diawali dengan adanya rangsangan.
Gerakan yang terjadi ada yang kita sadari sebelumnya dan ada yang kita sadari
setelah terjadinya gerakan. Berdasarkan hal tersebut, gerak dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu gerak biasa dan gerak refleks. Dengan kata lain gerak
terjadi karena adanya perintah dari otak. Gerak yang demikian itu dinamakan
gerak biasa
Pada pengamatan praktikum ini dilakukan perlakuan
pada beberapa probandus yaitu Adi parman, Citra, dan Titin dengan menggunakan
perlakuan refleks tendon, refleks organik mata, refleks konfergensi mata, serta
refleks menelan ludah. Pada refleks tendon kaki atau lutut dipukul dengan
menggunakan kayu, ketika dengan melihat Citra dan Titin terangkat, serta Adi
menghindar. Sedangakan tanpa melihat Adi terangkat dan Titin serta Citra
bergerak. Pemukul yang mengenai kaki/lutut merupakan rangsangan (impuls) yang diterima oleh kulit kaki. Impuls
tersebut diteruskan oleh neuron sensorik menuju ke sumsum tulang belakang yang
segera meneruskannya ke neuronasosiasi. Dari neuron asosiasi, impuls bergerak ke neuron motorik
yang kemudian meneruskannya ke otot kaki.
Menurut pusat terjadinya refleks, gerak refleks dibedakan menjadi
dua, yaitu refleks otak dan refleks sumsum tulang belakang. Refleks otak,
misalnya kejap mata. Jalur refleks mata tidak melalui sumsum tulang belakang,
tetapi langsung ke otak. Adapun, otak memberikan tanggapan di luar kendali
kemauan sadar manusia. Refleks sumsum tulang belakang, misalnya refleks lutut.
Gerak refleks tersebut berpusat pada sumsum tulang belakang.
Indra merupakan “jendela” bagi tubuh untuk mengenal dunia luar.
Selain itu, dengan reseptor-reseptor yang ada pada masing-masing alat indra,
manusia mampu mengadakan respons yang dapat dipergunakan sebagai upaya proteksi
terhadap gangguan-gangguan dari luar tubuh. Indra penglihat manusia
berupa mata. Adapun, mata sebagai indra penglihat memiliki bagian-bagian
tertentu yang membentuk sistem penglihatan. Mata berbentuk bola,
sedikit pipih dari arah depan ke belakang. Bola mata atau biji mata terletak di
dalam rongga mata dan dilin-dungi oleh tulang-tulang tengkorak. Bagian luar
bola mata dilindungi oleh kelopak mata. Tepat di atas sudut luar mata terdapat
kelenjar air mata yang berfungsi membasahi dan membersihkan permukaan mata. Bola mata
melekat pada dinding rongga mata melalui tiga pasang otot. Ketiga pasang otot
tersebut berfungsi untuk menggerakkan bola mata. Jika kerja otot mata kanan dan
otot mata kiritidak serasi akan terjadi kelainan yang disebut juling.
Pada
praktikum ini dilakuakn pengamatan terhadap refleks organik dan refleks
konfergensi pada mata dengan memperhatikan perubahan pupil mata yang terjadi
pada mata setelah diberikan rangsangan berupa cahaya dan melakukan penglihatan
pada objek yang dekat dan objek yang jauh. Pada probandus mengalami refleks
fotopupil dari besar menjadi kecil dan refleks akomodasi pupil yang mebesar
kemudian mengecil. Hal ini disebabkan rangsangan cahaya yang masuk pada mata
ditangkap oleh pupil mata dan disebabkan pula oleh kemampuan mata untuk
menangkap cahaya yang masuk sehingga dapat melihat benda yang dekat maupun yang
jauh.
Pupil terletak tepat di belakang kornea bagian tengah. Pupil dapat
mengalami perubahan ukuran, bergantung dari intensitas cahaya yang masuk ke
mata. Perubahan ini terjadi secara refleks. Apabila cahaya sangat terang atau
kuat, pupil akan menyempit atau mengalami konstraksi, sebaliknya apabila cahaya
redup, pupil akan melebar atau mengalami dilatasi. Pada sekitar pupil
terdapat daerah yang mengandung pigmen dan disebut iris. Pigmen inilah yang menyebabkan perbedaan warna mata, hingga ada
orang yang bermata biru, hitam, cokelat, hijau, dan sebagainya.
Pada bagian belakang pupil
terdapat bagian yang cembung, yaitu lensa. Lensa didukung oleh otot disebut muskulus siliaris (otot daging
melingkar). Apabila otot ini mengalami kontraksi akan terjadi perubahan ukuran
lensa. Hal itu terjadi apabila kamu melakukan pengamatan cermat yang tertuju
pada suatu objek tertentu baik pada jarak yang dekat maupun jauh. Kemampuan lensa mata
tersebut dinamakan daya
akomodasi mata.
Jika suatu benda terkena cahaya, benda akan memantulkan
berkas-berkas cahaya tersebut. Pantulan cahaya tersebut masuk melalui lensa
mata serta bagian-bagian lainnya menuju ke retina. Pada mata yang normal,
bayangan benda akan jatuh tepat di bintik kuning pada retina. Rangsangan cahaya
yang diterima oleh retina tersebut selanjutnya akan diteruskan oleh urat saraf
penglihatan ke pusat penglihatan di otak untuk diinterpretasikan atau
diterjemahkan. Akhirnya, kita dapat melihat benda tersebut.
Begitu pula halnya pada perlakuan menelan ludah,
refleks yang terjadi adalah refleks secara sadar karena dengan melakukan
gerakan menelan secara terus menerus menyebabkan kita tersendak akibat
berkurangnya air ludah/ saliva pada rongga mulut kita. Sehingga kita berhenti
untuk melakukan gerkan menelan ludah. Namun berbeda ketika kita meminum air,
refleks menelan kita lebih lancar. Hal ini disebabkan air lebih mudah masuk ke
dalam kerongkongan dibanding dengan air ludah.
.
V. PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan pada praktikum ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1.
Gerak refleks
pada manusia dapat berupa gerak secara sadar dan tak sadar karena pengaruh
saraf motorik dan saraf sensorik.
2.
Gerak secara
sadar dapat dipengaruhi oleh kerja saraf pusat yang secara langsung, sedangkan
gerak secara tak sadar dilakukan akibat kerja sum-sum tulang belakang.
B.
Saran
Saran yang dapat diajukan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebaiknya probandus yang digunakan harus yang
normal sehingga data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Trimakasih
J
DAFTAR PUSTAKA
Buranda, 2008, Anatomi
Umum, Fakultas Kedokteran UNHAS, Makassar.
Idel, 2000, Biologi Dalam Kehidupan
Sehari-hari, Gitamedia, Jakarta.
Kartolo, 1993, Prinsip-Prinsip Fisiologi
Hewan, DepDikBud, Bandung.
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Syaifuddin, 2009, Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan
Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta.
No comments:
Post a Comment