I. PENDAHULAUAN
A.
Latar Belakang
Hemolisis
adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium
sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh
antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan
tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan
pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di
sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis)
medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui
membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung.
Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit
itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam
medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang
hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit
(plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar
eritrosit (plasma).
Pada tumbuhan protoplasma sel
mempunyai plasma dan pada hewan berupa selaput sel yang mampu mengatur sel
secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel atau
sebaliknya. Terdapat dua proses fisiokimia yang penting, yaitu difusi dan
osmosis, dengan adanya proses osmosis suatu selaput dinyatakan permeabel,
semipermiabel, atau impermiabel. Sistem transportasi pada tumbuhan melibatkan
proses difusi, osmosis, dan transpor aktif.
B. Rumsan masalah
Rumusan masalah pada pratikum
hemolisis ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses terjadinya pristiwa hemolisis dan
krenasi?
Apa yang terjadi setelah erosisit
diberikan larutan Nacl 0,3%, Nacl 3% dan aquades?
C. Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai pada pratikum hemolisis ini adalah untuk
mendemonstrasikan peristiwa hemolisis dan krenasi.
D.
Manfaat
Manfaat dari pratikum hemolisis ini
adalah dapat mengetahui peristiwa hemolisis dan krenasi dan dapat mengetahui
perubahan pada eritrosit setelah diberikan larutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Plasmolisis adalah proses terlepasnya protoplasma dari
dinding sel yang disebabkan oleh yang
berada dalam vakoula merembes keluar dari sel, yaitu bila tumbuhan berada pada
lingkungan yang kadar airnya rendah, maka tumbuhan akan sulit menyerap air.
Pada kasus tertentu, air di dalam sel juga akan keluar. Bila terjadi
terus-menerus, maka selaput plasma akan lepas dari dinding sel. Bila plasmolisis
berkepanjangan, maka sel tersebut akan mati dan untuk mengembalikannya
diperlukan proses sebaliknya. Keadaan ini dapat kembali ke keadaan semula
apabila sel tersebut diletakkan di lingkungan dengan kadar air yang lebih
tinggi (hipotonis). Peristiwa kembalinya protoplasma ini disebut dengan
deplasmolisis.
Sel darah merah harus berada dalam keadaan yang isotonik ,
jika tidak akan terjadi pengkerutan yang disebut krenasi, sedangkan bila berada
di dalam larutan yang hipertonik akan mengalami pembengkakan. Kemudian
pecah dan mengakibatkan keluarnya hemoglobin yang berwarna merah, peristiwa ini
disebut hemolisis (Wikipedia,
2009).
Cairan yang memiliki
tekanan atau konsentrasi sama dengan cairan dalam
tubuh disebut isotonis (osmotic equilibrium),
lebih tinggi dari pada dalam sel disebut hipertonis ,dan lebih rendah dari
pada dalam sel disebut hipotonis. Cairan hipertonis akan menarik air
secara osmosis dari sitoplasma ke luar sehingga eritrosit akan
mengalami penyusutan dan membran selnya rusak tampak berkerut-
kerut atau yang disebut krenasi atau plasmolysis.
Sebaliknya, cairan hipotonis akan menyebabkan air berpindah ke dalam
sitoplasma eritrosit sehingga eritrosit menggembung (plasmoptysis) yang
kemudian pecah (hemolisis) (Kimball,
J.W., 1994).
Plasmolisis adalah lepasnya membran plasma dari dinding sel
pada sel tumbuhan. Plasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan
garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga
tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam
kondisi seperti ini layu (Sumadia, 1994).
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta
tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan
hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. Secara
etimologi, krenasi berasal dari bahasa
Latin crenatus.Krenasi terjadi
karena lingkungan hipertonik, (sel memiliki
larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di sekitar
luar sel), osmosis (difusi
air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma
berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil. Proses sama yang terjadi
pada tumbuhan adalah plasmolisis
di mana sel tumbuhan juga mengecil karena dimasukkan ke dalam larutan
hipertonik (Medicastore Online,
2010).
Hemolisis adalah
pecahnya membran
eritrosit, sehingga hemoglobin
bebas ke dalam medium
sekelilingnya (plasma).
Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan
larutan hipotonis
ke dalam darah,
penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat/unsur
kimia
tertentu, pemanasan
atau pendinginan, serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi
darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan
larutan
NaCl
hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit
melalui membran yang bersifat semipermiabel
dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan
tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah,
akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. (Gunarso, 1998).
III. METODE
PENELITIAN
A.
Waktu
dan Tempat
Praktikum hemolisis dilaksanakan pada hari Jumat 16
Maret 2012 Pukul 07.30-Selesai WITA dan bertempat di Laboratorium Lanjut
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo,
Kendari
B.
Alat
Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum Hemolisis
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum hemolisis.
NO.
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Tabung
reaksi
|
Untuk menyimpan sampel darah
|
2.
|
Kaca
objek
|
Untuk mengamati sampel darah
|
3.
|
Kaca penutup
|
Untuk mengamati media pengamatan
|
4.
|
Rak
tabung
|
Untuk menyimpan tabung reaksi
|
5.
|
Jarum
blood lancet
|
Untuk mengeluarkan darah
|
6.
|
Kapas
|
Untuk membersihkan darah
|
7.
|
Mikroskop
|
Untuk melihat hasil amatan
|
8.
|
Alat
tulis
|
Untuk mencatat hasil pengamatan
|
9.
|
Kamera
digital
|
Untuk mengambil gambar objek
pengamatan
|
C.
Bahan
Praktikum
Bahan yang
digunakan pada praktikum Hemolisis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
2. Bahan
dan kegunaan pada praktikum hemolisis.
NO.
|
Nama
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Larutan
NaCl 0,9 %
|
Sebagai campuran sel darah merah
untuk objek pengamatan
|
2.
|
Larutan
NaCl 3%
|
Sebagai campuran sel darah merah
untuk objek pengamatan
|
3.
|
Aquadest
|
Sebagai campuran sel darah merah
untuk objek pengamatan
|
4.
|
Larutan
alkohol 70%
|
Untuk mensterilkan jarum
|
5.
|
Darah
|
Sebagai objek pengamatan
|
D.
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu
sebagai berikut :
1. Menambahkan
3 – 5 tetes darah dalam tabung reaksi I yang berisi 2 ml
NaCl 0,9 %.
2. Menambahkan
3 - 5 tetes pada tabung uji II yang berisi 2 ml aquades.
3. Menambahkan
3 - 5 tetes larutan NaCl 3 % pada tabung reaksi III.
4. Membandingkan
kecerahan dari ketiga larutan pada ketga tabung tersebut.
5. Mengambil
sampel larutan dari masing-masing tabung reaksi dengan pipet, kemudian
meneteskan pada kaca objek yang bersih lalu ditutup dengan kaca penutup dan
diamati dibawah mikroskop.
6
. Menggambar penampak sel darah merah pada ketiga preparat yang diamati.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Hasil pengamatan
pada praktikum kali ini yaitu sebagai berikut :
|
|
|
|
No
|
Sampel darah
|
Eritrosit sebelum didedah
|
Larutan
|
Perubahan terjadi
|
Gambar
|
1.
|
3-5 tetes
darah
|
Merah keruh
|
NaCl 0,9 %
|
Warna darah
tetap
|
sel
darah tetap/bikonkaf
|
2.
|
3-5 tetes
darah
|
Merah keruh
|
aquadest
|
Warna darah menjadi
merah transparan
|
Sel
darah pecah
|
3.
|
3-5 tetes
darah
|
Merah keruh
|
NaCl 3 %
|
Warna darah keruh/kabur
|
Sel
darah mengkerut
|
B.
Pembahasan
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat
disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis ke dalam darah, penurunan tekanan
permukaan membran
eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena
ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar
eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan)
akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit
menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel
eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke
dalam medium sekelilingnya.
Krenasi adalah peristiwa pengkerutan sel darah merah dalam
larutan yang hipertonik. Pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang
hipertonik disebut krenasi. Sel darah yang diambil dari jari manis dengan
menggunakan blood lanset diteteskan pada kaca benda, dimana sel darah merah itu
berwarna merah hati. Namun setelah ditetesi dengan larutan NaCl 0,3 N
darah tersebut berubah menjadi lebih cair dari semula dan warnanya juga berubah
menjadi lebih muda.
Hal ini terjadi
karena sel darah tersebut berada dalam cairan yang hipertonik, sehingga sel
darah menjadi mengkerut. Proses krenasi ini terjadi pada sel darah merah
yang mengkerut dengan cepat sekali. Lain halnya dengan sel darah yang
ditetesi dengan larutan HCl 0,1 N. Darah yang semula berwarna merah hati
berubaha menjadi warna yang lebih tua (merah tua) atau merah gelap dengan
ditandai adanya warna kuning kehitaman disekitar plasma darah tersebut. Hal
ini terjadi karena sel darah merah berada pada cairan hipotenik, sehingga sel
darah membengkak dan kemudian pecah yang menyebabkan keluarnya hemoglobin
berwarna merah tua disertai pecahnya trombosit berwarna kuning disekitar plasma
darah. Pecahnya sel darah tersebut mengakibatkan terjadinya tumpangan
antara sel darah merah yang membengkak.
Langkah pertama yang di lakukan pada
praktikum kali ini yaitu menyiapkan alat dan bahan yang di gunakan. Kemudian
mengambil tiga tabung reaksi simpan pada rak tabung, lalu menambahkan label
pada tiap tabung reaksi, pada tabung pertama berisikan larutan NaCl 3%, pada
tabung kedua berisikan aquades des, sedangkan pada tabung ketiga berisikan NaCl
0,9%. Kemudian masing- masing tabung ditambahkan tiga sampai lima tetes sal
dara merah, kemudian amati dibawah mikroskop lalu amati perbahan yang terjadi
pada masing- masing sampel, pada tatbung pertama yang telah dimasukkan larutan
NaCl 0,9% dan sampel darah yang telah diteteskan sebanyak tiga sampai lima
tetes tidak mengalami perubahan itu dikarenakan lartan NaCl 0,9% memiliki
konsentrasi yang sama dengan sel darah atau isotonis, oleh karana itu darah
yang diberi larutan NaCl 0,9% tidak mengalami perubahan. Akan tetapi bila darah
tersebut terlalu lama di diamkan maka darah tersebut membeku dan terbentuklah
benang-beenang fibrin yang akan membuat darah tersebut akan mengental dn tidak
dapat tembus cahaya.
Pada tabung kedua yang berisikan
aqudes dan sel darah merah akan mengalami perbahan, dimana sebelum ditambahkan
aquades sampel bewarna merah keruh stelah di tambahkan aquades sampel berubah
warna menjadi merah trasparan, di sebapkan karena medium plasma dan larutan
akan masuk ke eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan
menyebapkan sel eritrosit mengembang.
Sedangkan pada tabung ketiga yang
berisikan NaCl 3% juga mengalami perubahan warna, dimana sebelum di tambahkan
tetesan darah sampel bewarna merah keruh, setelah didiamkan beberapa detik
sampel langsung berubah warna menjadi merah kecoklatan, kemudian setelah
dilihat dibawah mikroskop sampel tersebut mengalami perubahan bentuk yaitu
menjadi berkerut atau mengalami krenasi dimana cairan dari eritrosit akan
keluar dari membrane plasma, ini dikarenakan larutan NaCl 3% merupakan cairan
hipertonis.
V. PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa krenasi dan hemolisis diakibatkan oleh adanya
perbedaan konsentrasi antara cairan dalam sel dengan larutan di lingkungan
luar. Apabila konsentrasi air dalam sel lebih tinggi, maka akan terjadi
krenasi, dan apabila konsentrasi cairan sel lebih rendah, maka akan terjadi
hemolisis. Bila eritrosit mengalami hemolisis maka hemoglobin akan larut dalam
mediumnya. Akibat dari terlarutnya hemoglobin tersebut, medium akan berwarna
merah. Makin banyak eritrosit yang mengalami hemolisis maka makin merah warna
B.
Saran
Saran yang dapat kami ajukan pada
praktikum kali ini yaitu agar kepada para praktikan lebih serius lagi dalam
menjalankan praktikum supaya pratikum dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunarso,
1998. Dasar-dasar Histologi. Erlangga.
Jakarta.
Kimball,
J.W., 1994. Biologi Jilid 2.
Erlangga. Jakarta.
Sumadia,
1994. Zoologi Umum. Erlangga.
Jakarta.
No comments:
Post a Comment