LAPORAN BIOLOGI
TERAPAN
PRAKTIKUM II
PEMBUATAN PUPUK BOKASI
OLEH :
NAMA : NURUL HUDA
NIM : F1D1 10 081
KELOMPOK : II (DUA)
JURUSAN : BIOLOGI
ASISTEN
PEMBIMBING : LA RIADI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembangunan
pertanian secara alami yang ramah lingkungan saat ini banyak dilakukan untuk
menghasilkan bahan makanan yang aman, serta bebas dari bahan-bahan kimia yang
berbahaya dan beracun. Pembangunan pertanian alami ini semula hanya
menerapkan sistem pertanian organik, tetapi ternyata hasilnya hanya
sedikit. Prof Dr. Teruo Higa pada tahun 1980-an memperkenalkan konsep EM
atau Efektive Mikroorganisms pada praktek pertanian alami tersebut. Teknologi
EM ini telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah,
menekan pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki
efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman.
Kelangkaan
dan tingginya harga pupuk kimia buatan di sejumlah wilayah saat ini sangat
meresahkan para petani. Sejumlah petani di beberapa daerah bahkan telah mulai
melirik jenis pupuk lain sebagai pengganti pupuk kimia buatan yang biasa
digunakan. Salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk kimia
buatan adalah bokashi.
Bokashi
adalah hasil fermentasi bahan-bahan. Bahan-bahan tersebut difermentasikan
dengan bantuan mikroorganisme aktivator yang mempercepat proses fermentasi.
Campuran mikroorganisme yang digunakan untuk mempercepat fermentasi dikenal
sebagai effective microorganism (EM). Penggunaan EM tidak hanya mempercepat
proses fermentasi tetapi juga menekan bau yang biasanya muncul pada proses
penguraian bahan organik.
Berdasarkan
hal tersebut untuk menambah pengetahuan dalam pembuatan pupuk bokashi dan untuk
mengetahui fungsi dari dari masing-masing bahannya maka dilaksanakanlah
praktikum ini.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dari praktikum Pembuatan Pupuk Bokasi yaitu bagaimana cara
pembuatan pupuk bokasi dalam penggunaannya terhadap tanaman budi daya.
C. Tujuan Praktikum
Tujuan
dari praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi yaitu untuk mengetahui cara
pembuatan pupuk bokasi dalam penggunaannya terhadap tanaman budi daya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kompos
adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran
bahan- bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan
aerobik atau anaerobik (Crawford, 2003).
Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang
mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijau, sampah
kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian sehingga dengan demikian,
kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi tanaman. Kemungkinan bahan
dasar kompos mengandung selulosa 15-60%, enzi hemiselulosa 10-30%, lignin
5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 3-5%, di samping itu terdapat bahan
larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam amonium)
sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin
(Sutanto, 2002).
Kompos diketahui mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Kompos mengandung hara makro dan mikro namun secara umum
kadarnya rendah bergantung dari jenis bahan organiknya, Oleh karena itu
diperlukan sumber hara lain yang berkadar hara tinggi yang dapat meningkatkan
kadar hara kompos. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah, merangsang
perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui
dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. lewat proses alamiah.
Namun proses tersebut berlangsung lama sekali padahal kebutuhan akan tanah yang
subur sudah mendesak. Oleh karenanya proses tersebut perlu dipercepat dengan
bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos
berlangsung wajar sehingga bisa diperoleh kompos yang berkualitas baik (Isroi,
2008).
Pengomposan adalah proses dekomposisi terkendali secara
biologis terhadap limbah padat organik diubah menyerupai tanah seperti halnya
humus atau mulsa. Kompos telah dipergunakan secara meluas selama ratusan
tahun dalam menangani limbah pertanian sekaligus sebagai pupuk alami tanaman (Hadiwiyoto,1983).
Proses pengomposan melalui 3 tahapan dan proses perombakan
bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif (3-4 bulan),
mikroorganisme umumnya berumur pendek. Sel yang mati akan oleh populasi
organisme lainnya untuk dijadikan substrat yang lebih cocok dari pada residu
tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan proses dekomposisi umumnya meliputi
spektrum yang luas dari mikroorganisme yang memanfaatkan substrat tersebut,
yang dibedakan atas jenis enzim yang dihasilkannya (Simamora, dkk, 2006).
Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan
air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman
meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme
adalah sekitar kapasitas lapang . Penambahan bahan organik di tanah pasiran
akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya
pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya
menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk
pertumbuhan tanaman (Lingga, 2000).
III. METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Sabtu 12 Oktober
2013 pada pukul 10.00 WITA sampai selesai dan bertempat di Laboratorium Biologi Lanjut Fakultas MIPA Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat dan
Bahan
1. Alat
Alat-alat yang
digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Alat-alat praktikum yang digunakan pada praktikum
Aplikasi Pupuk Bokashi
No.
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Sekop
|
Untuk mencampur
tanaman
|
2.
|
Pisau/ parang
|
Untuk memotong tanaman
|
3.
|
Karung goni
|
Untuk menyimpan tanaman
|
4.
|
Ember
|
Untuk menyimpan tanaman
|
5.
|
Sarung tangan
|
Untuk pelindung
tangan
|
6.
|
Termometer
|
Untuk mengukur suhu tanaman
|
2. Bahan
Bahan yang
digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang
digunakan pada Praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi.
No.
|
Nama Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Kotoran ayam (15 kg)
|
Sebagai
bahan untuk pembuatan bokasi
|
2.
|
Serasah (10 kg)
|
Sebagai
bahan untuk pembuatan bokasi
|
3.
|
Dedak (5 kg)
|
Sebagai
bahan untuk pembuatan bokasi
|
4.
|
Sekam padi (5 kg)
|
Sebagai
bahan untuk pembuatan bokasi
|
5.
|
Gula pasir
(1 kg)
|
Sebagai
bahan untuk pembuatan bokasi
|
6.
|
Larutan EM (1
liter)
|
Sebagai
bahan untuk pembuatan bokasi
|
7.
|
Air
secukupnya
|
Sebagai
bahan untuk pembuatan bokasi
|
C. Prosedur Kerja
1. Membuat larutan gula dan EM
a.
Menyediakan air dalam ember sebanyak 1 liter.
b. Memasukan gula pasir sebanyak 250
gr kemudian mengaduk sampai rata.
c. Memasukan EM sebanyak 1 liter ke
dalam larutan tadi kemudian mengaduk hingga rata.
2. Membuat pupuk bokasi
a. Mencampur bahan-bahan (kotoran sapi, pupuk kandang, abu gosok dan dedak)
dan mengaduk sampai merata.
b. Menyiramkan EM secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran bahan
organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30%.
c. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan
tangan dilepas maka adonan masih tampak
menggumpal.
d. Menyimpan campuran bahan-bahan
tersebut di tempat yang teduh.
e. Kemudian menutup dengan karung
berpori (karung goni) selama 3-4 hari.
f. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik perhatikan agar
suhu tidak melebihi 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C
menurunkan suhunya dengan cara membolak balik.
g. Suhu yang tinggi dapat
mengakibatkan bokasi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.
h. Setelah 2 minggu bokasi telah
selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
B. Pembahasan
Kompos merupakan
hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, kotoran hewan, sampah
kota dan sebagainya. Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat
melalui bantuan manusia. Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang
pertumbuhan bakteri (mikroorganisme) untuk menghancurkan atau menguraikan
bahan-bahan yang dikomposkan sehingga terurai menjadi senyawa lain. Proses yang
terjadi adalah dekomposisi, yaitu menghancurkan ikatan organik molekul besar
menjadi molekul yang lebih kecil, mengeluarkan ikatan CO2 dan H2O
serta penguraian lanjutan yaitu transformasi ke dalam mineral atau dari ikatan
organik menjadi anorganik. Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang
terikat dalam senyawa organik yang sukar larut menjadi senyawa organik yang
larut sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Pembuatan
kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat
terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan. Kompos yang dihasilkan melalui proses fermentasi dengan pemberian
EM (Effective Microorganisms)
dinamakan Bokashi. Kata bokashi diambil dari bahasa Jepang yang artinya bahan
organik yang terfermentasi.
Bokashi
adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan
organik dengan teknologi EM (Effective
Microorganisms). Keunggulan penggunaan teknologi EM adalah pupuk organik
(kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan
cara konvensional. EM sendiri mengandung
Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri
fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat
diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput,
tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Semua bahan
organik yang akan difermentasi oleh mikroorganisme fermentasi dalam kondisi
semi anaerobik pada suhu 40-500 C. Hasil fermentasi bahan organik
berupa senyawa organik mudah diserap oleh perakaran tanaman.
Pada
praktikum pembuatan bokashi yaitu untuk mengetahui cara pembuatan dan
komponen-komponennya serta mengamati suhunya. Bahan-bahan yang digunakan yaitu
EM, sayuran atau jerami, kotoran hewan, dedak, sekam, abu gosok dan air. EM ini
mengandung berbagai bakteri pengurai yang dapat menguraikan selulosa. Serasa
merupakan bahan utama yang akan diuraikan oleh bakteri. Dedak dan sekam
mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme. Kemudian abu gosok
yaitu untuk merangsang mikroorganisme. Bahan tersebut kemudian dicampurkan
dengan takaran-takaran tertentu supaya seimbang antara bahan yang satu dengan
yang lainnya. Percampuran harus merata supaya proses penguraian bakteri dapat
terjadi merata. Kemudian bahan yang sudah dihomogenkan kemudian ditutup rapat
menggunakan karung besar, hal ini dilakukan agar dapat terjadi proses
fermentasi bakteri secara menyeluruh.
Penggunaan
pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada
pertanian saat ini. Pupuk bokashi adalah pupuk organik (dari bahan jerami
atau serasah, pupuk kandang, sampah organik, dll) hasil fermentasi dengan
teknologi EM yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan
pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman.
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi yaitu:
1. Bahan-bahan yang digunakan yaitu EM,
sayuran atau jerami, kotoran sekam, abu
gosok dan air. EM ini mengandung berbagai bakteri pengurai yang dapat
menguraikan selulosa. Serasa merupakan bahan utama yang akan diuraikan oleh
bakteri. Dedak dan sekam mengandung zat gizi yang sangat baik untuk
mikroorganisme. Kemudian abu gosok yaitu untuk merangsang mikroorganisme.
2. Mikroorganisme
akan bekerja dengan baik apabila kondisinya sesuai, yaitu apabila dalam kondisi
anaerob, suhu sekitar 40-50oC sehingga jika suhu pupuk diatas suhu
50oC maka pupuknya dibolak-balikkan untuk menurunkan suhunya.
B.
Saran
Saran yang
dapat saya ajukan pada praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi yaitu sebaiknya para
Asisten pembimbing memberikan penuntun praktikum supaya kami praktikan
mengetahui apa harus dikerjakan terlebih dahulu.
DAFTAR
PUSTAKA
Crawford. J.H. 2003 . Composting
of Agricultural Waste in Biotechnology Applications and Research,
Paul N, Cheremisinoff and R. P.Ouellette (ed). p. 6877.
Hadioetomo, R.S., 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium
Mikrobiologi, Gramedia, Jakarta.
Isroi. 2008. KOMPOS. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia, Bogor.
Lingga, P., 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. PT Penebar
Swadaya. Bogor.
Simamora, Suhut & Salundik,
2006. Meningkatkan Kualitas Kompos.
Kualitas Kompos. Kiat Menggatasi Permasalahan Praktis. Agromedia
Pustaka.
Sutanto, R. 2002. Pertanian
Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment