Powered By Blogger

Friday, 14 March 2014

ANALISIS VEGETASI MANGROVE

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI LAHAN BASAH
PERCOBAAN V
ANALISIS VEGETASI  MANGROVE

OLEH

NAMA                 :  NURUL HUDA
STAMBUK         :  F1D1 10 081
KELOMPOK      :  III (TIGA)
ASISTEN             : WD. SYARNI  TALA


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mangrove berasal dari bahasa Portugis, yang asal katanya mangae yang berarti belukar dan groove yang artinya hutan kecil. Hutan mangrove merupakan salah satu tipe hutan hujan tropis yang terdapat disepanjang garis pantai perairan tropis. Hutan ini merupakan peralihan habitat lingkungan darat dan lingkungan laut, maka sifat-sifat yang dimiliki tidak  sama persis sifat-sifat yang dimiliki hutan hujan tropis didaratan.
Definisi ekosistem mangrove merupakan vegetasi pohon didaerah tropis yang terdapat didaerah intertidal ( pasang surut ) dan mendapat pasokan air laut dan air tawar ( payau ). Karakteristik hutan mangrove diantaranya yaitu memiliki habitat disubstrat yang berlumpur, lempung, dan berpasir, karena substrat ini mempengaruhi species yang tinggal ditempat tersebut. Mangrove hidup diperairan yang bersalinitas payau antara 0,5-30 ppt.
Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar, baik ditinjau secara fisik, kimia, biologi, ekonomi, bahkan wahana wisata. Secara fisik hutan mangrove dapat menjaga garis pantai agar tidak terjadi abrasi, menahan sedimen, tiupan angin, dan menyangga rembesan air laut kedarat. Secara kimia hutan mangrove mampum mengolah limbah agar kemungkinan pencemaran sedikit dan yang paling utama menghasilkan oksigen. Secara biologi hutan mangrove merupakaan habitat biota darat dan laut, sebagai daerah asuhan, mencari makan, dan tempat menghasilkan bibit ikan, batangnya dapat dijadikan bahan bakar, bahkan dapat dijadikan suplemen. Dan sebagai fungsi wahan wisata, hutan mangrove dijadikan sebagai tempat penelitian dan tempat wisata..
Berdasarkan uraian diatas, sehingga dilaksanakan praktikum Analisis Vegetasi Mangrove agar dapat mengetahui jenis-jenis mangrove dan ukurannya pada stasiun dengan plot-plot tertentu.

A.      Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dari praktikum ini adalah bagaimana mengetahui jenis dan ukuran mangrove serta analisis vegetasinya pada stasiun tertentu ?

B.  Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis dan ukuran mangrove serta analisis vegetasinya pada stasiun tertentu.


C.    Manfaat  Praktikum
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah dapat mengetahui jenis dan ukuran mangrove serta analisis vegetasinya pada stasiun tertentu.





II. TINJAUAN PUSTAKA
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove . Dalam bahasa Inggris, kata mangrove digunakan untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut dan untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedang dalam bahasa Portugis kata ’mangrove’ digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan kata ’mangal’ digunakan untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut. Sedangkan menurut FAO, kata mangrove sebaiknya digunakan untuk individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut.mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob (Kusmana, 2000).
Kata mangrove berarti tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah intertidal. Daerah intertidal adalah wilayah dibawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai, seperti laguna, estuarin, pantai dan river banks. Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, di sepanjang delta dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan  (Tomlinson, 1986).
            Vegetasi mangrove biasanya tumbuh di habitat mangrove membentuk zonasi mulai dari daerah yang paling dekat dengan laut sampai dengan daerah yang dekat dengan daratan. Pada kawasan delta atau muara sungai, biasanya vegetasi mangrove tumbuh subur pada areal yang luas dan membentuk zonasi vegetasi yang jelas. Sedangkan pada daerah pantai yang lurus, biasanya vegetasi mangrove tumbuh membentuk sabuk hijau/green belt dengan komposisi yang hampir seragam (Nirarita, dkk, 1996).
Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Sedangkan menurut Tomlinson (1986), kata mangrove berarti tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah intertidal. Daerah intertidal adalah wilayah dibawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai, seperti laguna, estuarin, pantai dan river banks. Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, di sepanjang delta dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan (Hachinoe,1998).
Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Mangrove berarti tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah intertidal. Daerah intertidal adalah wilayah dibawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai, seperti laguna, estuarin, pantai dan river banks. Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, di sepanjang delta dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan (Raharjo, 1982).



III. METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu 21 April 2013, Pada pukul 08.00 Wita-selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Jembatan Triping, Andounohu, Kendari.

B.     Alat Dan Bahan
Alat  yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaannya pada praktikum Mangrove.
No
NamaAlat
Fungsi/Kegunaan
1.
2.
3
4.
5.
6.
7.
Patok kayu
Kamera
Alat tulis
Tali rafia
Handrefraktometer
Meteran
Termometer
Untuk membuat plot
Sebagai alat dokumentasi
Untuk mencatat data hasil amatan
Untuk membuat plot
Untuk mengukur salinitas
Untuk mengukur diameter batang
Untuk mengukur suhu air

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum Fauna Tanah.
No.
Nama Bahan
Kegunaan
1.
2.
Tissue
Vegetasi Mangrove
Untuk membersihkan alat.
Sebagai objek amatan
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Menentukan lokasi pengamatan
2.    Membuat plot dengan ukran 10x10 pada 3 stasiun dengan masing-masing   stasiun 3 plot
3.    Mengukur diameter batang, dan menghitung spesies dalam plot.
4.    Mengukur faktor-faktor lingkungan.
5.    Mencatat data hasil amatan.











B.  Pembahasan
Hutan mangrove selain melindungi pantai dari gelombang dan angin merupakan tempat yang dipenuhi  pula oleh kehidupan lain seperti  mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan,primata, serangga dan sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (bio-diversity), ekosistem mangrove juga sebagai plasma nutfah (genetic pool) dan menunjang keseluruhan  system kehidupan di sekitarnya. Habitat  mangrove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai juvenil dan larva ikan serta kerang (shellfish) dari predator.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum analisis vegetasi mangrove dapat diketahui indeks keanekaragaman komunitas mangrove sangat rendah dengan strukturnya yang terdiri dari semai, sapihan, tihang dan pohon. Namun untuk semai dan pohon sangat sedikit sedangkan sapihan dan tihang lebih banyak untuk menentukan ukuran struktur ini digunakan diameter  < 2 cm untuk semai, pancang 2-9,9 cm, tihang 10-20 cm dan pohon untuk 20 cm ke atas. Indeks keanekaragamannya adalah 0 sedangkan untuk tingkat semai terdiri dari Soneratia alba, Rhizopora apiculata, Bruguiera gimnorhyza dan Avicennia marina. Sedangkan untuk tingkat sapihan, tihang dan pohon hanya di temui untuk jenis soneratia alba. Secara keseluruhan ada spesies yang secara signifikan mendominasi daerah pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa spesies yang dimaksud adalah Sonneratia alba. Pada stasiun pengamatan dengan luasan area 10 x 10 m2 dapat diamati bahwa mangrove merupakan komunitas bahari yang sangat menarik, karena mangrove dapat tumbuh membentuk sebuah ekosistem pada daerah pantai yang berhubungan langsung dengan laut. Keberadaan ekosistem ini dimungkinkan oleh pola adaptasi yang dikembangkan mangrove untuk bertahan pada kondisi lingkungan tersebut. Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi, serta kondisi yang kurang stabil.
Vegetasi mangrove yang diamati pada praktek lapangan ini didominasi oleh jenis Sonneratia alba. dengan bentuk perakaran tunggang yang muncul ke permukaan, memiliki batang berwarna abu-abu tua dengan kulit keras, daun berbentuk elips menyempit berwarna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Jenis mangrove ini merupakan jenis mangrove pionir yang tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama. Menyukai tanah yang bercampur lumpur dan berpasir, kadang-kadang pada batuan dan karang. Sering ditemukan di lokasi pesisr yang terlindung dari hempasan gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai dilokasi diaman jenis tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang padat.


V.  PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa indeks keanekaragaman komunitas mangrove sangat rendah dengan strukturnya yang terdiri dari semai, sapihan, tihang dan pohon. Namun untuk semai dan pohon sangat sedikit sedangkan sapihan dan tihang lebih banyak untuk menentukan ukuran struktur ini digunakan diameter  < 2 cm untuk semai, pancang 2-9,9 cm, tihang 10-20 cm dan pohon untuk 20 cm ke atas. Indeks keanekaragamannya adalah 0 sedangkan untuk tingkat semai terdiri dari Soneratia alba, Rhizopora apiculata, Bruguiera gimnorhyza dan Avicennia marina. Sedangkan untuk tingkat sapihan, tihang dan pohon hanya di temui untuk jenis soneratia alba. Dengan demikian komunitas mangrove ini di dominasi oleh Sonneratia alba.
B.     Saran
Saran yang dapat saya sampaikan yaitu agar praktikan lebih memperhatikan jalannya praktikum.




DAFTAR  PUSTAKA

Hachinoe, dkk, 1998,  Manual Persemaian Mangrove, Denpasar PT. Indografika Utama Bali.

Kusmana, 2003, Teknik Rehabilitasi Mangrove, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nirarita, 1996,  Ekosistem Lahan Basah Indonesia, Wetlands International Indonesia Programme, Bogor.

Tomlinson, 1986, The Botany of Mangrove, Cambridge University Press, New York.


Saturday, 1 March 2014

Aplikasi Pupuk Bokashi


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Beberapa lahan dan tanah pertanian pada saat ini mengalami kerusakan dan penurunan  tingkat kesuburan tanah yang sangat  memerlukan solusi penanganan secara efektif dan maksimal. Hal ini dapat mengakibatkan dampak yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Pupuk memegang peranan yang sangat penting di dalam budidaya tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dan agar dapat tumbuh serta berkembang dengan baik.
Terdapat beberapa jenis pupuk yaitu pupuk buatan pabrik (anorganik) dan pupuk kandang atau kompos (organik). Penggunaan bahan-bahan alami seperti kompos  memberikan keuntungan bagi tanah, tanaman dan lingkungan. Proses  pembuatan kompos juga menjadi salah satu solusi masalah sampah yang semakin memerlukan penanganan yang bijaksana.
Pupuk anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk organik yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan pupuk bokasi yang dapat dibuat dari bahan jerami dan sampah rumah tangga. Bokasi adalah kompos yang salah satu bahan penyusunnya menggunakan EM (Effective Microorganism).  Teknologi EM dan bokashi merupakan salah satu pilihan yang realistis dalam mengatasi kelangkaan dan mahalnya pupuk buatan. Selain menunjang pertumbuhan tanaman, kedua teknologi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pilihan dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Disamping itu, teknologi bokasi mudah, murah, dan ramah lingkungan sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan di tingkat petani.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada Praktikum Aplikasi pupuk bokashi yaitu sebagai berikut:
1.    Bagaimana pengaruh pembuatan pupuk bokashi pada tanaman bayam?
2.    Bagaimana perbedaan pertumbuhan tanaman pemberian pupuk bokashi dan tanaman yang tidak diberikan pupuk bokashi?
C.  Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin diperoleh dri Praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi yaitu sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembuatan pupuk bokashi pada tanaman bayam.
2.    Untuk mengetahui bagaimana perbedaan pertumbuhan tanaman pemberian pupuk bokashi dan tanaman yang tidak diberikan pupuk bokashi.







D.  Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh dari praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi pada Tanaman Bayam yaitu:
1.      Dapat mengetahui pengaruh pemberian pupuk bokashi pada tanaman bayam
2.      Dapat mengetahui perbedaan petumbuhan tanaman yang dengan perlakuan pemberian pupuk bokashi dengan tanaman yang tidak diberikan pupuk bokashi















II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengomposan didefinisikan sebagai suatu proses dekomposisi (penguraian) secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu. Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan dengan bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan, sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan tanah atau tanah penutup. Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini berarti bahwa peran mikroorganisme pengurai sangat besar. Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan meliputi kebutuhan nutrisi untuk mikroorganisme, jenis-jenis mikroorganisme yang berperan dalam proses pengomposan, kondisi lingkungan ideal dan fase transformasi biokimia (http://kandaga15.multiply.com/journal/item/6/Pembuatan Kompos Dan Permasalahannya).
Bahan dasar pupuk organik, baik dalam bentuk kompos maupun pupuk kandang dapat berasal dari limbah pertanian, seperti jerami, dan sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, batang jagung, dan bahan hijauan lainnya.  Sedangkan kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan adalah kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dan babi.  Disamping itu, dengan berkembangnya pemukiman, perkotaan dan industri makan bahan dasar kompos makin beranekaragam seperti dari tinja, limbah cair, sampah kota dan pemukiman. Salah satu bentuk pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokasi.  Pupuk bokasi dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik (dedak, ampas kelapa, tepung ikan, dsb) dengan EM (Effective Microorganism).  Biasanya bokasi ditemukan dalam bentuk serbuk atau butiran.  Bokasi sudah digunakan para petani Jepang dalam perbaikan tanah secara tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman.  Secara tradisional bokasi dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organik dedak dengan tanah dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme. Akan tetapi, saat ini telah dikenal Bokasi EM yaitu bokasi dengan bahan organik yang difermentasikan dengan mikroorganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan atau gunung.  EM yang digunakan dalam pembuatan bokasi adalah  suatu kultur campuran berbagai mikrooganisme yang bermanfaat (terutama bakteri fotosintetik dan bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur peragian) dan dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah (Nasir, 1999:145-147).
Bokasi digunakan untuk menggambarkan bahan-bahan organik yang telah difermentasi oleh EM. Berdasarkan tipe fermentasinya, proses pembuatan bokasi dikelompokkan atas bokasi aerobik dan bokasi anaerobik. Bokasi dapat dipergunakan sebagai pupuk alternatif yang memiliki banyak keunggulan dibanding kompos tradisional dan pupuk buatan. Pembuatan kompos secara tradisional memakan waktu yang relatif lama (3 – 4 bulan). Dengan teknologi EM, pembuatan bokasi hanya memerlukan waktu yang sangat singkat (kurang lebih 4 hari). Kecepatan pembuatan bokasi dipandang penting mengingat berlimpahnya bahan organik buangan, sedangkan kebutuhan pupuk terus meningkat dengan harga yang semakin tinggi dan makin sulit terjangkau oleh petani. Seperti halnya kompos tradisional, bokasi juga ramah lingkungan. Dengan teknologi yang sederhana, petani dapat membuat sendiri sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan bahan-bahan organik buangan di sekitar tempat tinggal. Berbagai bahan organik seperti jerami, sekam padi, dedak, kotoran ternak, serbuk gergaji dan lain-lain dapat digunakan sebagai bahan pembuat bokasi yang baik (Subadiyasa, 1997:36).
Teknologi EM telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Pada pembuatan bokasi sebagai salah satu pupuk organik, bahan EM meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokasi tersebut adalah memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman; memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah; meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman; menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik; dan meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk. Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. Teknologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian. Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini. Pupuk bokasi adalah pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, sampah organik, dll) (http://ahmadsarbini.wordpress.com/2008/01/10/pembuatan-bokasi/).
Kompos merupakan pupuk yang terbuat dari bahan organik yang penting dan banyak dibutuhkan tanaman. Kompos terbuat dari bagian-bagian tanaman yang telah mengalami penguraian oleh mikroorganisme. Pada awalnya, kompos tersedia berlimpah di hutan dan ladang pertanian (bekas tebangan hutan). Kompos ini berasal dari dedaunan dan ranting pohon yang mengalami pembusukan secara alami oleh bakteri pengurai dan jamur. Kompos yang merupakan pupuk organik memiliki kandungan unsur hara yang ramah lingkungan. Unsur hara yang terdapat pada kompos tidak akan merusak tanah seperti pupuk buatan pabrik (pupuk anorganik) (Redaksi Agromedia, 2007).









III.  METODE PRAKTIKUM


A.     Waktu dan Tempat
Praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi pada Tanaman Bayam dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 16 November 2013, pada pukul 03.00 WITA sampai selesai dan bertempat di Green House, Fakultas MIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari.

A.       Alat dan Bahan
         Alat-alat yang digunakan pada praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi pada Tanaman Bayam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaan yang digunakan dalam praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi pada Tanaman Bayam
No.
Nama Alat
Kegunaan
1.
Skopang
Untuk mengambil tanah
2.
Timbangan
Untuk menimbang tanah dan pupuk
3.
Timbangan analitik
Untuk menimbang berat basah dan berat kering daun, akar, danbatang
4.
Timba
Untuk mengambil air
5.
Ember
Sebagai tempat untuk menyimpan air
6.
Meteran
Untuk mengukur panjang batang dan daun
7.
Alat tulis
Untuk mencatat hasil pengamatan

           



Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi pada Tanaman Bayam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan yang digunakan dalam praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi pada Tanaman Bayam
No.
Nama Bahan
Kegunaan
1.
Bayam
Sebagai objek pengamatan
2.
Pupuk bokashi sayuran
Sebagai pupuk pengganti bahan organik
3.
Tanah
Sebagai media tanam
4.
polybag
Sebagai bahan untuk menyimpan media tanam
5.
Air
Untuk menyiram tanaman
6.
Kertas label
Untuk menandai polybag

B.     Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada  praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi pada Tanaman Bayam yaitu:
1.      Menyiapkan polybag, lalu mengambil tanah sebanyak mungkin.

2.      Menimbang tanah sebanyak 10 kg lalu memasukkannya ke dalam masing-masing polybag sebanyak 12 polybag, 6 polybag sebagai kontrol (tanpa pupuk bokashi) dan 6 sisanya untuk perlakuan dengan menambahkan pupuk bokashi
3.      Menimbang pupuk bokashi sebanyak 150 gr lalu memasukkannya ke dalam masing-masing 6 polybag sebagai perlakuan.
4.      Mencampur tanah dengan pupuk tersebut sampai homogen atau merata.
5.      Memasukkan tanaman bayam ke dalam masing-masing polybag.
6.      Menyiram tanaman tersebut,  kemudian melakukan pengamatan selama 1 bulan.
7.      Mengukur panjang batang dan daun serta menghitung jumlah daun pada masing-masing tanaman yang tumbuh dalam polybag.
8.      Mencatat hasil pengamatan




B. Pembahasan
Pupuk memegang peranan yang penting di dalam budidaya tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan unsur hara sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Terdapat beberapa jenis pupuk yaitu pupuk buatan pabrik (anorganik) dan pupuk kandang atau kompos (organik). Pupuk buatan pabrik (anorganik) merupakan pupuk hasil buatan pabrik. Sedangkan pupuk kandang atau kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Pupuk organik mempunyai kandungan hara yang rendah dan dipergunakan untuk kesuburan fisik tanah agar strukturnya menjadi lebih baik. Bokasi termasuk pupuk organik yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.
Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti “bahan organik yang telah difermentasikan. Seperti bokashi dibuat dengan melalui proses fermentasi bahan-bahan organik (dedak, limbah kandang, hijauan, dsb.) dengan EM (Effective Microorganisme). Biasanya bokashi didapati dalam bentuk serbuk atau butiran. Bokashi sudah digunakan para petani Jepang dalam memperbaiki tanah secara tradisional untuk meningkatkan mikroba dalam tanah dan meningkatkan persediaan unsur bagi tanaman. Secara tradisional bokashi dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organik seperti dedak dengan tanah dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme.
Pupuk bokashi yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM-4 (Effective Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (bokashi) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional. EM-4 mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian, juga dedak (karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme.)
Pupuk bokashi dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman. Secara aplikasi, penggunaan pupuk bokashi dibedakan menjadi penggunaan di sawah dan penggunaan di lahan kering. Penggunaan di sawah lebih ditekankan pada tanaman padi. Sementara penggunaan di lahan kering untuk tanaman hortikultura. Untuk tanaman padi sawah pupuk bokashi yang digunakan sebanyak 2 ton/ha, sedangkan untuk tanaman hortikultura sebanyak 20-30 ton/ha. Cara aplikasi untuk tanaman hortikultura pun beragam, mulai dari pencampuran dengan tanah, penempatan dalam larikan, dan pemberian dalam lubang tanam. Dosis yang digunakan juga tergantung dari jenis tanamannya.
Nitrogen merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman. Nitrogen berguna sebagai penyusun protein dan ikut berperan dalam sebagian proses pertumbuhan dan pembentukan produksi tanaman seperti buah, daun, dan umbi. Kekurangan nitrogen pada tanaman dapat menyebabkan suatu gejala. Diantaranya yaitu kondisi tanaman buruk dan menjadi sangat kerdil, daun tanaman kecil berwarna pucat dan berwarna hijau kekuningan, daun pada bagian paling bawah seperti terbakar dan mati sebelum masanya sementara daun pada tajuk atas tanaman masih hijau, dan produksi tanaman rendah.
Fosfor dibutuhkan untuk menyusun 0,1- 0,4% bahan kering tanaman. Unsur ini sangat penting di dalam proses fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman. Fosfor juga dibutuhkan di dalam sel, pengembangan jaringan dan titik tumbuh tanaman serta memiliki peranan penting di dalam proses transpor energi. Kekurangan fosfor pada tanaman dapat menyebabkan suatu gejala. Diantaranya yaitu pertumbuhan kerdil, daun berwarna hijau pucat, buah tidak terbentuk atau tidak tumbuh normal dan sebagainya.
Kalium dibutuhkan untuk menyusun 1-4% bahan kering tanaman. Proses ini terjadi dalam larutan sel. Kalium memiliki banyak fungsi. Diantaranya mengaktifkan 60 enzim tanaman dan berperan penting dalam sintesis karbohidrat dan protein. Kalium juga meningkatkan kadar air pada tanaman.  Kekurangan kalium dapat mengakibatkan suatu gejala. Diantaranya yaitu daun menjadi kecil memutih kekuningan, pertumbuhan tanaman kerdil, rapuh, buah kecil dan terdapat bercak luka, daya simpan kualitas buah dan produksi sangat rendah dan sebagainya.






V. PENUTUP
A.   Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum kali ini yaitu:
1.    Perana pupuk bokashi hampir sama dengan pupuk organik lainnya seperti     kompos, namun pada bokashi EM pengaruhnya dipercepat dengan adanya penambahan Mikroorganisme Efektive.
2.    Secara umum tampak bahwa rata-rata tinggi tanaman pada semua waktu pengamatan menunjukan perbedaan yang nyata antara kontrol dengan perlakuan yang lainnya. Pertumbuhan tinggi tanaman bayam yang tidak diberi bokashi memperlihatkan tinggi tanaman yang rendah, hal ini disebabkan pada tanaman kontrol tidak mendapatkan tambahan nutrisi hara yang terkandung pada bokashi.
B.   Saran
Saran saya yaitu agar dalam praktikum selanjutnya bahan yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dipakai dalam praktikum tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
http://kandaga15.multiply.com/journal/item/6/-Pembuatan-Kompos-dan Permasalahannya.

Nasir, SP., MBA. 1999. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokasi Pada Pertumbuhan Dan Produksi Padi Palawija Dan Sayuran. PT. Gramedia. Jakarta
.
Redaksi Agromedia. 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Subadiyasa, N. 1997. Teknologi Effektive Microorganism (EM) potensi dan prospeknya di Indonesia. Seminar Nasional Pertanian Organik. Jakarta.